Kamis, 18 Februari 2016

Pemakaman Kawah Tengkurep



Palembang History - Menurut cerita juru kunci kawah tekurep, nama kawah tekurep diambil dari bentuk cungkup (kubah) yang menyerupai kawah ditengkurapkan (Palembang: tekurep). Jika diukur dari tepian Sungai Musi, kompleks makam ini berjarak sekitar 100 meter dari sungai. Di sisi yang menghadap Sungai Musi (arah selatan), terdapat gapura yang merupakan gerbang utama untuk memasuki kompleks makam. 
Di dalamnya, terdapat empat cungkup. Yaitu, tiga cungkup yang diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat dan hulubalang kesultanan. Layaknya komplek pemakaman, Kawah Tengkurep dikelilingi tembok tinggi di sekelilingnya. Suasananya begitu teduh dengan pepohonan sehingga sangat nyaman bagi mereka yang berziarah.

Dahulu di masa-masa awal, Kambang Koci merupakan bagian dari komplek Kawah Tengkurep Konon, pada tahun 1151 H/ 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin 1 mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya. 
Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci, yang berasal dari kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu. Pemakaman ini sempat nyaris tergusur untuk perluasan area pelabuhan. Namun usaha “pembumi-hangusan” itu tak pernah berjalan mulus. Konon, pada tahun 1997, telah disiapkan ratusan peti untuk memindahkan jasad-jasad terkubur ke tempat lain.
Namun tiba-tiba terjadi kecelakaan pesawat Silk air di perairan Sungsang, salah satu musibah terbesar dalam penerbangan Indonesia. Ajaibnya, jumlah korban tewas kecelakaan tersebut sama dengan jumlah peti yang rencananya untuk pemindahan kubur tadi. Akhirnya, peti tersebut digunakan untuk para korban kecelakaan.
Ketebalan bangunan pada makam ini mencapai 1 M. Oleh karena itu, bangunan-bangunannya tidak pernah direnovasi karena masih sangat kokoh. Hanya saja pengecatan pada temboknya saja lebih ditingkatkan.Kompleks Pemakaman Kawah Tengkurep ini merupakan salah satu dari belasan komplek pemakaman lainnya yang tersebar di sudut kota Palembang dan Pemakaman Kawah Tengkurep ini pun merupakan jejak sejarah dari para ulama dan sultan di era Pemerintahan Palembang Darussalam.Berdasarkan dari catatan sejarah lama kota Palembang, Pemakaman Kawah Tengkurep ini dibangun pada tahun 1728 Masehi atas perintah dari Sultan Mahmud Badaruddin I atau nama lainnya adalah Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ( yang wafat pada tahun 1756 M ), kalau tidak salah, itu kurang lebih tidak lama setelah masa pembangunan Kompleks Makam atau Gubah Talang Kerangga ( 30 Ilir ) itu di selesaikan. Nama Pemakaman Kawah Tengkurep itu sendiripun diambil dari bentuk cungkup (kubah) -nya yang menyerupai sebuah kawah yang ditengkurapkan, atau kawah terbalik, ( kalau dalam bahasa Palembang adalah Tengkurep ).Kompleks Pemakaman Kawah Tengkurep ini di dalamnya terdapat empat cungkup, tiga cungkup sengaja diperuntukkan bagi makam para sultan-sultan kota Palembang dan satu cungkup lainnya untuk putra-putri Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat kesultanan dan hulu-balang kesultanan kota Palembang. 

Berikut nama-nama tokoh yang dimakamkan di Pemakaman Kawah Tengkurep :
Cungkup I :  
1. Sultan Mahmud Badaruddin I (wafat tahun 1756 M)
2. Ratu Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah
3. Ratu Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia)
4. Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari Cina
5. Nyimas Naimah, istri keempat yang berasal dari I Ilir (Guguk Jero PagerKota Palembang Lamo)
6. Imam Sayyid Idrus Al Idrus dari Yaman Selatan (Guru Spiritual
 Sultan).
Cungkup II :
1. Pangeran Ratu Kamuk (wafat tahun 1755 M)
2. Ratu Mudo (istri P. Kamuk)
3. Sayyid Yusuf Al Angkawi (Imam/ Guru penasihat Sultan)
Cungkup III :
1. Sultan Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776 M)
2. Masayu Dalem (istri Najamuddin)
3. Sayyid Abdur Rahman Maulana Tugaah (imam Sultan dari Yaman)
Cungkup IV :
1. Sultan Muhammad Bahauddin (wafat tahun 1803 Masehi)
2. Ratu Agung (istri Bahauddin)
3. Datuk Murni Hadad (Imam Sultan dari Arab Saudi)
4. Beberapa makam lain yang tidak terbaca namanya

Di luar keempat cungkup itu, masih terdapat beberapa makam. Antara lain, Susuhunan Husin Diauddin, yang wafat dalam pembuangan oleh Belanda di Jakarta, 4 Juli 1826. Semula, Husin Diauddin dimakamkan di Krukut tetapi kemudian dipindahkan ke Palembang.

(Narasumber :    Juru Kunci Pemakaman Kawah Tengkurep)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar