PalembangHistory - Masjid
Al Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang atau biasa disebut sebagai Masjid
Cheng Ho Palembang berlokasi di Perumahan Amen Mulia,
Jakabaring, palembang. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh,
penasehat, pengurus Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Sumatera Selatan yang diketuai oleh H. A. Afandi serta
tokoh masyarakat Tionghoa di sekitar palembang.
Masjid Cheng Ho Palembang merupakan salah satu
dari 3 Masjid Cheng Ho yang sudah berdiri di Indonesia, dua yang lain berada di
Surabaya dan Pasuruan. Dibandingkan dua Masjid Cheng Ho Lain nya Masjid
Cheng Ho Palembang merupakan Masjid Cheng Ho terbesar. Fungsi masjid Cheng
Ho lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini menghelat kegiatan-kegiatan
agama dan kemasyarakatan, dan telah menjadi sebuah tujuan wisata yang menarik
para pengunjung dari Malaysia, Singapura, Taiwan dan bahkan Rusia.
Arsitektur Masjid
Bangunan masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina,
Melayu, Nusantara dan arab ini dilengkapi dengan rumah imam, Tempat Pendidikan
Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta
ruang serbaguna. Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah
5000 meter persegi. Pembangunan masjid menelan biaya sekitar Rp 4 miliar.
Masjid Sriwijaya Muhammad Cheng Ho , mampu menampung
sekitar 600 jemaah dan berlantai 2. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki
laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Memiliki 2 pagoda
kembar di sisi kanan dan kiri bangunan utama masjid yang diberi nama
Habluminallah dan Habluminannas. Di bagian bawah pagoda sendiri difungsikan
sebagai tempat wudhu jamaah.
Sejarah Masjid Cheng Ho
Palembang
Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu
pertama bulan September 2005. Modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta
diperoleh dari hasil urunan anggota PITI Sumatera Selatan. Sedangkan tanah
tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah dan mulai
digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at
berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan
daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang
turut sholat jum’at berjamaah. Sedikit acara selamatan di selenggarakan oleh
pengurus PITI Sumatera Selatan sebelum sholat jum’at dilaksanakan.
Keterkaitan Laksamana Cheng
Ho dengan Palembang
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan
Laksamana Dinasti Ming.
Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang
ke Palembang.
Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa
tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming.
Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma
Sanbao (馬 三保), berasal dari
provinsi Yunnan.
Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho
ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian
menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara
fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Penyebaran Islam di Indonesia ,
selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang
asal Tionghoa ikut
berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran
Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di
Palembang. Armada Cheng
Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya
itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia
Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu
ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil
diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk
masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman
Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji,
sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan
diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang.
Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah.
Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis
kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang
berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai
daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal
yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai
kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara
1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada
Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen
Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun
1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para
perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun,
tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Hingga kini etnis thionghoa menjadi salah satu etnis
yang mendiami wilayah Sumsel, dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di
Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa
telah lama menetap di Palembang.
( Sumber :
Wikipedia )
subhanallah bagus masjidnya, rummah Allah yang begitu Indah..allahuakbar
BalasHapusSubhanallah