Kamis, 11 Februari 2016

Legenda Pulau Kemaro




Palembang History - Pulau Kemaro sendiri berasal dari kata Kemarau yang memang daerahnya merupakan daerah yang kering, tidak berair walau berada di tengah Sungai Musi. Pulau Kemaro ini berisi kuil atau klenteng yang biasa digunakan para etnis Cina untuk beribadah khususnya pada saat Imlek (tahun baru Cina) dan Cap Go Meh (15 hari setelah perayaan Imlek). Tidak hanya dikunjungi oleh para warga Palembang dan sekitarnya tapi pada saat Imlek dan Cap Go Meh pengunjung dari luar kota hingga luar negeri tumpah ruah di Pulau ini. Justru pada saat itu Pulau Kemaro memang tampak lebih menarik dihiasi dengan banyak lampion.

Yang paling terkenal Pulau Kemaro memiliki Pagoda nan indah berlantai 9 yang dibangun tahun 2006 di tengah-tengah pulau. Pagoda ini pasti menjadi tempat foto-foto yang tak mungkin dilewatkan pengunjung ketika berkunjung ke Pulau Kemaro. Selain itu lebih dulu ada Klenteng Hok Tjing Rio (Kuan Im) yang sudah ada sejak 1962. Di Klenteng inilah tempat biasanya para umat Budha melalukan peribadatan.

Bagi yang ingin meminta jodoh, bisa juga ke Pulau Kemaro karena disini terdapat Pohon Cinta yang konon katanya bagi yang mengukir nama pasangan di pohon tersebut akan berjodoh. Hal ini juga berhubungan erat dengan legenda Pulau Kemaro sendiri yang mengisahkan cinta sejati dari putri Raja Sriwijaya, Siti Fatimah dengan Pangeran dari Negeri Cina, Tan Bun An.


Alkisah dulu kala, Tan Bun An berlayar ke Sriwijaya untuk berniaga, saat ia meminta izin pada Raja Sriwijaya, Tan Bun An melihat Siti Fatimah lalu jatuh cinta. Tan Bun An akhirnya berniat untuk menikahi Siti Fatimah dengan satu syarat Tan Bun An harus membawa 7 guci berisi emas. Lalu Tan Bun An mengajak Siti Fatimah menemui orang tuanya ke negeri Cina dan meminta orang tuanya untuk menyiapkan 7 guci emas. Oleh para pengawal guci-guci tersebut diatasnya ditutupi sayuran sawi agar selama perjalanan ke Palembang emas-emas itu aman dibawa. 

Saat hampir sampai di Palembang, Tan Bun An ingin melihat isi dari 7 guci yang telah dipersiapkan orangtuanya, Tan Bun An kaget yang ia lihat hanya 7 guci berisi sayuran sawi, ia pun membuang guci tersebut. Saat dibuang ia melihat bahwa di dalam guci tersebut tak hanya berisi sawi tapi juga emas. Tanpa pikir panjang Tan Bun An langsung terjun untuk mengambil kembali guci -guci tersebut. Siti Fatimah yang khawatir pada Tan Bun An yang tak juga muncul dari sungai akhirnya turut terjun mencari Tan Bun An. Keduanya tidak pernah kembali lalu muncul lah daratan yang akhirnya dikenal sebagai Pulau Kemaro, disana dibangun juga kuil dan makam untuk mereka.

(Sumber : Wikipedia, Kumpulan Cerita Nusantara; Cerita Rakyat Sumatera)

1 komentar: