Kamis, 18 Februari 2016

Makam Ki Gede Ing Suro




Palembang History - Kompleks pemakaman Ki Gede Ing Suro masuk dalam wilayah administratif Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan IT II Palembang. Di kompleks makam ini terdapat delapan bangunan dengan jumlah keseluruhan 38 makam. Kompleks pemakaman ini dibangun pertengahan abad ke-16. Ki Gede Ing Suro merupakan pendiri kerajaan Islam Palembang, Yang kemudian menjadi Kesultanan Palembang Darussalam. Ki Gede Ing Suro adalah putra Ki Gede Ing Lautan, salah satu dari 24 bangsawan dari Demak yang menyingkir ke Palembang, setelah terjadi kekacauan di kerajaan Islam terbesar di pulau jawa itu. Kekisruhan ini merupakan rangkaian panjang dari sejarah kerajaan terbesar di nusantara, setelah kerajaan Sriwijaya, yaitu Kerajaan Majapahit.

Raden Fatah yang lahir di Palembang adalah putra Raja Majapahit terakhir, yaitu Brawijaya V. Raden Fatah lahir dari Putri China yang disebut Putri Champa, setelah istri Brawijaya itu dikirim ke Palembang dan diberikan kepada putra Brawijaya, Ariodamar atau Ario Abdillah atau Ario Dillah. Setelah dewasa Raden Fatah bersama Raden Kusen, Putra Ario Dillah dengan Putri China di kirim kembali ke Majapahit. Oleh Braeijaya V, Raden Fatah diperintahkan untuk menetap di Demak atau Bintaro sedangkan adiknya lain Bapak, Raden Kusen, diangkat sebagai Adipati di Terung.


Pada masa menjelang akhir abad XV ini, Islam di Pulau Jawa mulai kuat. Saat terjadi penyerbuan oleh orang Islam terhadap Majapahit, prajurit kerajaan Hindu itu kalah dan Raja Brawijaya V menyingkir hingga kemudian mangkat. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan majapahit. Setelah keruntuhan Majapahit, Sunan Ngampel Denta (wali tertua dalam Walisongo) menetapkan Raden Fatah sebagai Raja Jawa menggantikan ayahnya. Tentu saja dengna pemerintahan Islam.

Raden Fatah, dibantu para wali, kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Surabaya ke Demak sekaligus menyebarkan agama Islam di daerah ini. Atas bantuan penguasa dan rakyat di daerah yang sudah lepas dari Majapahit, antara lain Tuban, Gresik, Jepara, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1481M. Dia menjadi raja pertama dengan gelar Jimbun Ngadur-Rahman Panembahan Palembang Sayidin Panata Agama. Raden Fatah yang wafat sekitar tahun 1518M digantikan putranya, Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang wafat tahun 1521M.

Pengganti Pati Unus adalah Pangeran Trenggono (wafat tahun 1546M). Wafatnya Sultan ketiga Demak ini merupakan awal dari kisruh berkepangjangan di kerajaan Islam yang sempat punya pengaruh besar di Nusantara itu. Tahta kerajaan menjadi rebutan anara saudara Trenggano dengan putranya. Saudaranya yang dikenal sebagai Pangeran Seda Ing Lepen dibunuh putra Trenggono, Pangeran Prawata. Prahara berlanjut dengan pembunuhan terhadap Prawata oleh Putra Seda Ing Lepen, Arya Penangsang atau Arya Jipang pada tahun 1549M Menantu Trenggono, Pangeram Kalinyamat juga dibunuh. Arya Penangsang akhirnya wafat dibunuh Adiwijaya. Menantu Trenggono yang terkenal sebagai Jaka Tingkir, Adipati penguasa Pajang ini kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Pajang. 

Dengan demikian, berakhir pula kekuasaan Demak pada tahun 1546M setelah berjaya selama 65 tahun. Akibat kemelut ini, sebanyak 24 orang keturunan Sultan Trenggano (keturunan Raden Fatah) hijrah ke Palembang di bawah pimpinan Ki Gede Sido Ing Lautan. Setelah Ki Gede Sido Ing Lautan yang berkuasa di Palembang wafat, digantikan putranya, Ki Gede Ing Suro. Karena raja ini tidak memiliki keturunan, dia digantikan saudaranya. Ki Gede Ing Suro Mudo.

(Sumber : http://melayuonline.com/ind/news/read/9489/makam-ki-gede-ing-suro-jejak-awal-kerajaan-islam-palembang)

1 komentar:

  1. Semoga arwah beliau beliau diampuni dosa2nya dan dilapangkan kuburnya..amin
    Al Fatihah
    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
    الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
    مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
    اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
    صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
    #mashel7

    BalasHapus