Kamis, 11 Februari 2016

Sejarah Berdirinya Kantor Walikota (Kantor Ledeng



Palembang History - Kantor Ledeng (kantor walikota) atau Menara Air dulunya tempat ini untuk menampung air untuk didistribusikan ke wilayah kota, sekarang tempat ini menjadi kantor Walikota Palembang, bangunan ini unik, indah dan menjadi salah satu icon kota Palembang.

Pembangunan Menara Air, yaitu instalasi pengolahan air bersih pada masa Walikota Palembang dijabat Ir. R.C.A.F.J. Le Cocq d Armandville dapat dikatakan sungguh luar biasa. Pasalnya, saat itu keuangan Haminte (Gemeente) Palembang sedang dalam kondisi yang sangat buruk. Ketika tercetus ide untuk membangun Menara Air, akhirnya dikenal sebagai Kantor Ledeng.

Pada tahun 1928, utang Haminta Palembang sudah menumpuk. Untuk pajak jalan dan jembatan saja, mencapai 3,5 ton emas, Ini belum lagi keterpurukan akibat parahnya sistem administrasi. Setahun kemudian, 1929, setelah pembuatan master plan kotyaoleh Ir. Th. Karsten, dibangunlah sarana air bersih. Selain bangunan berupa menara saat ini, Bangunan yang dibangun pada tahun 1928 selesai di bangun pada 1931 ini didirikan dengan gaya de stijl, yaitu memiliki bentuk dasar kotak dengan atap datar, dan menghabiskan biasa ± 1 ton emas.

Pendistribusiannya dikenal sebagai sistem gravitasi setinggi 35 meter dan luas bangunan 250 meter persegi. Bak tampungnya berkapasitas 1.200 meter kubik merupakan cara yang efektif pada saat itu untuk pendistribusian air sampai ke daerah kolonial dan daerah pasar 16 ilir, segaran dan sekitarnya.

Menara Ledeng ini dibuat sebagai upaya pemerintah kota Palembang saat itu (masih di bawah kekuasaan Belanda) untuk menyediakan air bersih. Pada masa itu, Sungai Musi yang dijadikan satu-satunya pemenuhan kebutuhan warga Palembang akan air, membuat pemerintah kolonial masa itu merasa perlu memberikan air bersih bagi warganya. Maklum, saat itu, air Sungai Musi memang dijadikan one stop washing. Mulai mencuci beras, makanan, hingga mencuci badan, termasuk daerah sensitif di badan itu sendiri.
Menara air itu dipakai untuk memberikan air bersih bagi warga Belanda yang tinggal di sekitar Jalan Tasik saat ini, dan Dempo. 
 
Arsitek yang menangani pembangunan gedung juga dimanfaatkan sebagai Kantor Haminte dan Dewan Kota ini adalah Ir. S. Snuijf. Dipilihlah lokasi gedung di tepi Sungai Kapuran dan Sungai Sekanak. Sehingga pada masa itu, posisi Kantor Ledeng tepat di tepian air. Namun kemudian, seiring dengan pembangunan jembatan yang melintasi Sungai Sekanak, Sungai Kapuran pun ditimbun. Akibatnya dapat diduga. Jalan yang melintas di depan Kantor Ledeng itu pun mengalami banjir saat musim hujan disertai pasang naik Sungai Musi. Ini terlihat pada sebuah foto yang berangka tahun 1930-an.

Bangunan ini berdiri pada tahun 1928 yang dulunya dikenal dengan sebutan Water Tower (Menara Air) atau disebut masyarakat Palembang sebagai Kantor Ledeng. Pada Zaman Jepang pada tahun (1942 - 1945) Balai Kota (Kantor Menara Air) dijadikan Kantor Syuco-kan (Kantor Residen) dan terus dimanfaatkan sebagai balaikota sampai dengan tahun 1956.Bangunan Kantor Walikota Palembang sejak awal telah digunakan sebagai pusat pemerintahan Gemeente Palembang.


Pada saat Kemerdekaan RI diproklamasikan, 17 Agustus 1945, Kantor Ledeng menjadi saksi heroisme pemuda di Palembang. Para pejuang yang terdiri atas bekas opsir Gyu Gun, yaitu Hasan Kasim, M. Arief, Dany Effendy, Raden Abdullah (Cek Syeh), Rivai, dan mantan opsir Gyu Gun lainnya, bekerja sama dengan kelompok pemuda yang dipimpin Mailan beserta pembantunya, Abihasan Said dan Bujang Yacob. Mereka mengibarkan bendera kebangsaan di empat sisi atas Kantor Ledeng. yang difungsikan sebagai penampungan air bersih dengan kapasitas 1200 m3.Tanggal 21 Agustus 1963 Perusahaan Water Ledeng dipindahkan menjadi salah satu tehnik air bersih di Dinas Pekerjaan Umum Kota Praja Palembang. Sejak Saat itu (1963) Kantor Menara Air berubah menjadi Kantor Pusat Pemerintahan Kota Praja Palembang yang sekarang disebut Kantor Walikota.

( Sumber : Internet )

2 komentar: